Congestive Heart Failure (CHF)

By Mega Rizki Wijayanti, S.Kep.,Ns.,CHt

Ada informasi baru nih tentang gagal jantung kongestif. Buat temen-temen sejawat mungkin ini bisa membantu untuk tambahan informasi tentang apa itu gagal jantung kongestif. Congestif Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif merupakan suatu kondisi dimana jantung tidak mampu lagi untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrisi dan oksigen (Smeltzer & Bare, 2002). Etiologi dari penyakit ini menurut Price, A & Wilson (2006) antara lain :
a.  Kelainan otot jantung, menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal ini yang mendasari penyebab dari kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan degeneratif atau inflamasi.
b.  Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak  berfungsinya miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
c. Hipertensi sistemik/pulmonal (peningkatan afterload), meningkatkan beban kerja jantung mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
d.   Faktor sistemik: demam, hipoksia, atau anemia ini memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
        Dari etiologi yang sudah kita lihat, hal tersebut bisa menimbulkan manifestasi klinis yang dapat etahui sebagai berikut:
a.    Adanya peningkatan volume intravaskular
b.     Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat gagal jantung.
c.   Peningkatan desakan vena pulmonal dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, sehingga terjadi edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak napas.
d.  Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan penambahan berat badan.
e.  Penurunan curah jantung disertai dengan pening, keletihan, intoleransi jantung terhadap aktivitas, ekstremitas dingin, dan oliguria.
f.   Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal menyebabkan sekresi aldosteron, retensi Na dan air, serta peningkatan volume (Price, A & Wilson, L.M. 2006).
Jadi jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan. Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Disamping itu peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan. Kegagalan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer. Sedangkan manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis, batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan atrium kiri  
                 Pemeriksaan dini sangat diperlukan. Bukan bagi seseorang yang sudah terkena, tetapi untuk pencegahan antisipasi terkena resiko CHF sangat diperlukan. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan antara lain:
a.   Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap), untuk mengetahui adanya kondisi anemia yang merupakan penyebab gagal jantung.
b.      Pemeriksaan EKG
c.      Pemeriksaan radiologi/rontgen
d.      Angiografi radionuklir, mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri.
e.  Kateterisasi jantung, untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas yang terkena
 Sebagai perawat, penatalaksanaan yang dapat kita lakukan diantaranya
Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit disembuhkan. 
Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantun
Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekwensi ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.

Comments

Popular posts from this blog

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

TERAPI MUSIK SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER